Tugas Softskill 3 (PSIKOTERAPI).
LOGOTERAPI
( FRANKL)
Kelas : 3PA17
Nama Anggota
Kelompok :
Asrida Farahmawati
(1D514127)
Natasya Aristyani Zega (17514831)
Rekha Amallia Gusman (19514017)
Venta Oktavia Tilukay (1A514990)
Natasya Aristyani Zega (17514831)
Rekha Amallia Gusman (19514017)
Venta Oktavia Tilukay (1A514990)
1. Pengertian dan
Sejarah Logoterapi (Frankl)
Prof. Viktor E. Frankl adalah seorang profesor dari
Fakultas Kedokteran-Universitas Vienna dan juga cukup lama menjadi mahasiswa
yang mempelajari filosofi eksistensial.Pada awal 1938 menggunakan istilah
‘Existenz-Analyse’ dalam tulisannya.Beliau memperoleh gelar doktor filosofi,
dan juga gelar dokter sebagai neurologis dan psikiater. Kemudian Frankl bekerja
sebagai Kepala Poliklinik Neurologik Vienna dan mendapat julukan kehormatan
“The Third Viennese School of Psychotherapy”.
Frankl memperkenalkan logoterapi yang mengakui
adanya dimensi spiritual dan memanfaatkannya untuk mengembangkan hidup bermakna
(therapy through meaning). Dari asal katanya, logoterapi berasal dari kata
‘logos’ yang berarti ‘meaning’ (makna) dan ‘spirituality’ (kerohanian).
Logoterapi digolongkan pada Existential Psychiatry dan Humanistic Psychology
Viktor
Frankl berpendapat bahwa kebutuhan manusia yang lebih mendasar adalah kebutuhan
untuk hidup bermakna atau berarti.Keinginan untuk mempunyai maknai merupakan
salah satu kekuatan motivasi yang ada dalam diri manusia bahkan lebih mendasar
daripada ‘prinsip kesenangan’ (pleasure principle) dari Freud atau ‘keinginan
untuk berkuasa’ dari Adler. Menurut Frankl, seseorang akan menjadi sakit
apabila dia tidak lagi mempertanyakan keberadaannya. Hal ini terjadi karena dia
tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya atau istilah Frankl manusia itu
sedang berada di dalam ‘kekosongan eksistensial’
Logoterapi dikemukakan oleh Viktor Emile
Frankl. Frankl lahir pada tanggal 26 Maret 1905 di Wina dari pasangan Gabriel
Frankl dan Elsa Frankl. Frankl yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
dibesarkan dalam keluarga yang religius dan berpendidikan. Ibunya seorang
Yahudi yang taat, dan Ayahnya merupakan pejabat Departemen Sosial yang banyak
menaruh perhatian pada kesejahteraan sosial. Frankl menaruh minat yang besar
terhadap persoalan spiritual, khususnya berkenaan dengan makna hidup (Koeswara,
1992).Terapi yang mengusahakan agar kehidupan senantiasa berguna bagi diri
sendiri, keluarga, masyarakat dan agama.
Logoterapi berpandangan bahwa ‘makna
hidup’ (the meaning of life) dan ‘hasrat untuk hidup bermakna’ (the will to
meaning) merupakan motif azasi manusia yang dapat dilihat dalam dimensi
spiritual atau ‘noetic’. Jadi, Frankl berpendapat bahwa ada dimensi lain selain
dimensi somatik dan psikis, yaitu dimensi spiritual. Tampaknya Frankl tidak
memisahkan antara fisik, psikis dan spiritual seorang manusia dan menganggapnya
merupakan satu kesatuan yang utuh.Konflik dasar spiritual yang muncul dari
dalam diri seseorang dapat terjadi sebagai akibat ketidakmampuannya untuk
muncul secara spiritual mengatasi kondisi fisik dan psikisnya.
Konflik ini tidak berakar pada kerumitan
psikologis, akan tetapi terpusat pada hal spiritual dan etis. Apabila terdapat
satu konflik spiritual dapat menyebabkan gangguan psikologis (neurosis) yang
disebut Frankl sebagai ‘noogenic neurosis’. Terapi ini bertujuan untuk memenuhi
doroangan spiritual yang dibawa oleh manusia sejak lahir dengan mengeksplorasi
makna keberadaan manusia. Menurut Frankl (2004) logoterapi memiliki wawasan mengenai
manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainya erat
hubunganya dan saling menunjang yaitu:
a. Kebebasan Berkehendak (
Freedom of Will )
Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah
mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah
kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan
manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis,
psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil
sikap ( freedom to take a stand ) atas kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan
manusia yang lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak ( to detach ) terhadap
kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan-kemampuan
mengambil jarak terhadap dirinya sendiri ( self detachment ).
Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai “ the
self deteming being” yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan
sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
b. Kehendak Hidup Bermakna ( The
Will to Meaning )
Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang
utama adalah mencari makna. Ini berbeda denga psikoanalisa yang memandang
manusia adalah pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi individual
bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi ( Koeswara, 1992 )
bahwa kesenagan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan
prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl
bersifat menarik ( to pull ) dan menawari ( to offer ) bukannya mendorong
( to push ). Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk
memenuhinya agar ia menjadi individu yang bermakna dengan berbagai
kegiatan yang sarat dengan makna.
c. Makna Hidup ( The Meaning Of
Life )
Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap
penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi
seseorang ( Bastaman, 1996 ). Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik
dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara manusia satu
dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang
penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup
seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi
untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak
bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki
tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya ( Frankl,
2004)
2. Tujuan Logoterapi
Agar dalam masalah yang dihadapi klien dia
bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan
penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah
tersebut.
3. Fungsi dan Peran Terapis
1.Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan
ilmiah
2.Mengendalikan filsafat pribadi
3.Terapis bukan guru atau pengkhotbah
4.Memberi makna lagi pada hidup
5.Memberi makna lagi pada penderitaan
6.Menekankan makna kerja
7.Menekankan makna cinta
4. Hubungan Klien dengan Terapis
Dalam logoterapi, konseli mampu mengalami
secara subjektif persepsi persepsi tentang dunianya. Dia harus aktif dalam
proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan,
perasaan-perasaan berdosa dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasi.
Memutuskan untuk menjalani terapi saja sering merupakan tindakan yang
menakutkan. Konseli dalam terapi ini, terlibat dalam pembukaan pintu diri
sendiri. Pengalaman sering menakutkan atau menyenangkan dan mendepresikan atau
gabungan dari semua perasaan tersebut.
Dengan membuka pintu yang tertutup, konseli
mampu melonggarkan belenggu deterministic yang telah menyebabkan dia terpenjara
secara psikologis. Lambat laun konseli mulai sadar, apa dia tadinya dan siapa
dia sekarang serta klien lebih mampu menetapkan masa depan macam apa yang
diinginkannya. Melalui proses terapi, konseli bisa mengeksplorasi
alternative-alternatif guna membuat pandangan-pandangan menjadi nyata.
Menurut Frankl (1959), pencarian makna dalam
hidup adalah salah satu ciri manusia. Dalam pandangan para eksistensialis,
tugas utama konselor adalah mengeksplorasi persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan ketidakberdayaan, keputusasaan, ketidakbermaknaan, dan kekosongan
eksistensial. Tugas proses terapeutik adalah menghadapi masalah
ketidakbermaknaan dan membantu Konseli dalam membuat makna dari dunia yang
kacau. Frankl menandaskan bahwa fungsi Konselor bukanlah menyampaikan kepada
Konseli apa makna hidup yang harus diciptakannya, melainkan mengungkapkan bahwa
Konseli bisa menemukan makna, bahkan juga dari penderitaan, karena penderitaan
manusia bisa diubah menjadi prestasi melalui sikap yang diambilnya dalam
menghadapi penderitaan itu.
Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa
psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih
sistem teknik. Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang
mencakup hal-hal berikut :
1. Mengakui pentingya pendekatan dari pribadi
ke konselor
2. Menyadari peran dari tanggung jawab
Konselor
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan
terapeutik
4. Berorientasi pada pertumbuhan
5. Menekankan keharusan Konselor terlibat
dengan Konseli sebagai suatu
pribadi yang menyeluruh
6. Mengakui bahwa putusan-putusan dan
pilihan-pilihan akhir terletak di tangan
Konseli
7. Memandang Konselor sebagai model, dalam
arti bahwa Konselor dengan gaya
hidup dan pandangan humanistiknya tentang
manusia bisa secara implisit
menunjukkan potensi Konseli bagi tindakan
kreatif dan positif
8. mengakui kebebasan Konseli untuk
mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya
sendiri
9. bekerja ke arah mengurangi ketergantungan
Konseli serta meningkatkan kebebasan Konseli.
5. Teknik Logoterapi
Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang
memiliki pendekatan klinis yang detail. Diantara teknik-teknik tersebut adalah
yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran
neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi
paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Seorang pemuda yang selalu gugup ketika
bergaul dengan banyak disuruh Frankl untuk menginginkan kegugupan itu. Contoh
lain adalah masalah tidur. Menurut Frankl, kalau anda menderita insomnia, anda
seharusnya tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata,
mengosongkan pikiran dan sebagainya. Anda justru harus berusaha terjaga selama
mungkin. Setelah itu baru anda akan merasakan adanya kekuatan yang mendorong
anda untuk melangkah ke kasur.
Teknik terapi Frankl yang kedua adalah
de-refleksi. Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal
dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan
perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain,
persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, kalau
mengalami masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan anda tanpa memperdulikan
kepuasan diri anda sendiri. Atau cobalah untuk tidak memuaskan siapa saja,
tidak diri anda, tidak juga diri pasangan anda.
6. Kelebihan Logoterapi
Logoterapi mengajarkan bahwa setiap
kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan, makna yang harus diupayakan untuk
ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu
sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita
7. Kekurangan Logoterapi
Ada beberapa klien yang tidak dapat menunjukan
makna hidupnya sehingga timbul suatu kebosanan merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk membangkitkan minat apatis, perasaan tanpa makna, hampa,
gersang, merasa kehilangan tujuan hidup, meragukan kehidupan. Sehingga
enyulitkan konselor untuk melakukan terapi kepada klien tersebut.
Daftar pustaka:
Gerald Corey. (2007). Teori dan Praktek
Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi “Psikologi
untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Frankl. Emil. 2004. On the theory and therapy
of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis.
Brunner-Routledge 270 Madison Avenue. New York.
http://mayzellaindah.blogspot.com/2013/05/logoterapi-frankl.html